Sabtu, 23 Februari 2013

proposal riset keperawatan



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Diare hingga kini masih merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian pada bayi dan anak-anak. Saat ini morbiditas (angka kesakitan) diare di Indonesia mencapai 195 per 1000 penduduk dan angka ini merupakan yang tertinggi di antara negara-negara di Asean. Diare juga masih merupakan masalah kesehatan yang penting di Indonesia. Walaupun angka mortalitasnya telah menurun tajam, tetapi angka morbiditas masih cukup tinggi Penanganan diare yang dilakukan secara baik selama ini membuat angka kematian akibat diare dalam 20 tahun terakhir menurun tajam. Walaupun angka kematian sudah menurun tetapi angka kesakitan masih cukup tinggi. Lama diare serta frekuensi diare pada penderita akut belum dapat diturunkan.
Diare merupakan keadaan dimana seseorang menderita mencret-mencret, tinjanya encer,dapat bercampur darah dan lendir kadang disertai muntah-muntah. Sehingga diare dapat menyebabkan cairan tubuh terkuras keluar melalui tinja. Bila penderita diare banyak sekali kehilangan cairan tubuh maka hal ini dapat menyebabkan kematian terutama pada bayi dan anak-anak usia di bawah lima tahun.
Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak antara lain adalah menghambat proses tumbuh kembang anak yang pada akhirnya dapat menurunkan kualitas hidup anak. Penyakit diare di masyarakat (Indonesia) lebih dikenal dengan istilah "Muntaber". Penyakit ini mempunyai konotasi yang mengerikan serta menimbulkan kecemasan dan kepanikan warga masyarakat karena bila tidak segera diobati, dalam waktu singkat (± 48 jam) penderita akan meninggal.
Diare dapat terjadi sebagai efek samping dari penggunaan obat terutama antibiotik. Selain itu, bahan-bahan pemanis buatan seperti sorbitol dan manitol yang ada dalam permen karet serta produk-produk bebas gula lainnya menimbulkan diare. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki daya tahan tubuh yang lemah. Orang tua berperan besar dalam menentukan penyebab anak terkena diare. Bayi dan balita yang masih menyusui dengan ASI eksklusif umumnya jarang diare karena tidak terkontaminasi dari luar. Namun, susu formula dan makanan pendamping ASI dapat terkontaminasi bakteri dan virus.
Kematian bayi di Indonesia sangat tinggi. Bahkan di seluruh dunia, Indonesia menduduki rangking keenam dengan angka kejadian sekitar 6 juta bayi yang mati pertahunnya. Kasus kematian bayi di Indonesia ini, menurut Dr. Soedjatmiko (2008), kematian bayi di Indonesia disebabkan oleh penyakit diare. Untuk mendiagnosis diare, maka pemeriksaan antigen secara langsung dari tinja mempunyai nilai sensitifitas cukup tinggi (70-90%), tetapi biaya pemeriksaan cukup mahal.
Data Departemen Kesehatan RI menunjukkan 5.051 kasus diare sepanjang tahun 2005 lalu di 12 provinsi. Jumlah ini meningkat drastis dibandingkan dengan jumlah pasien diare pada tahun sebelumnya, yaitu sebanyak 1.436 orang. Di awal tahun 2006, tercatat 2.159 orang di Jakarta yang dirawat di rumah sakit akibat menderita diare. “Melihat data tersebut dan kenyataan bahwa masih banyak kasus diare yang tidak terlaporkan, departemen kesehatan menganggap diare merupakan isu prioritas kesehatan di tingkat lokal dan nasional karena punya dampak besar pada kesehatan mayarakat.
Komplikasi diare yang sering terjadi adalah dehidrasi (ringan sedang, berat, hipotonik,isotonik atau hipertonik), renjatan hipovolemik, hipokalemia (dengan gejala meteorismus, hipotoni otot, lemah, bradikardia, perubahan elektrokardiogram), hipoglikemia, intoleransi sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim laktosa, kejang terjadi juga pada dehidrasi hipertonik dan juga malnutrisi energi protein (akibat muntah dan diare, jika lama atau kronik). Komplikasi yang jarang terjadi adalah kerusakan saraf, persendian atau jantung, dan kadang-kadang usus yang berlubang. Dorongan yang kuat selama proses buang air besar, menyebabkan sebagian selaput lendir usus keluar melalui lubang dubur.
Penyebab diare pada balita lebih beragam. Bisa karena infeksi bakteri, virus, dan amuba. Bisa jadi juga akibat salah mengonsumsi makanan. Protein susu sapi merupakan bahan makanan terbanyak penyebab diare. Makanan lain penyebab timbulnya alergi ialah ikan, telur, dan bahan pewarna atau pengawet.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa banyak faktor yang mempengaruhi kejadian diare akut pada balita. Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah faktor lingkungan dan keadaan sosial ekonomi. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor yang berasal dari luar dan dapat diperbaiki, sehingga dengan memperbaiki faktor resiko tersebut diharapkan dapat menekan angka kesakitan dan kematian diare pada balita.
Latar belakang di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan diare dengankejadiandiare. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pencegahan diare di wilayah Puskesmas Blora.

B.     Tujuan
  1. Tujuan umum
Untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare.
  1. Tujuan khusus
a.       Mengetahui seberapa besar pengetahuan ibu tentang diare.
b.      Menganalisa hubungan antara pengetahuan ibu tentangdiare dengan kejadian diare.
C.    Manfaat
1.      Manfaat teoritis
Manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan pengetahuan dan
pemahaman tentang hubungan
pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare.
2.    Manfaat Praktis
a.    Bagi Penulis, penelitian ini merupakan upaya pengalaman ilmu pengetahuan bagi mahasiswa, serta pengetahuan lainnya yang di dapat selama mengikuti perkuliahan.
b.   Bagi dosen, penelitian ini memberikan masukan untuk menyampaikan
nasihat kepada peserta didik dalam hal meningkatkan konsentrasi.

D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas dapatlah disusun permasalahan sebagai berikut “Seberapa besar hubungan pengetahuan ibu tentang diare dengan kejadian diare”.

E. Ruang Lingkup
Semua ibu di wilayah Puskesmas Blora yang mempunyai anak dengan    penyakit Diare bulan November 2012.


















BAB II
LITERATUR REVIEW




A.      Konsep Pengetahuan
1.      Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telinga (Notoatmojo, 2007).
Pengetahuan adalah merupakan hasil mengingat suatu hal, termasuk mengingat kembali kejadian yang pernah dialami baik secara sengaja maupun tidak sengaja dan ini terjadi setelah orang malakukan kontak atau pengamatan terhadap suatu obyek tertentu (Mubarok, dkk, 2007).
Pengetahuan merupakan justified truebelieve. Seorang individu membenarkan (justifies) kebenaran atas kepercayaannya berdasarkan observasinya mengenai dunia. Jadi bila seseorang menciptakan pengetahuan, ia menciptakan pemahaman atas suatu situasi baru dengan cara berpegang pada kepercayaan yang telah dibenarkan. Dalam definisi ini, pengetahuan merupakan konstruksi dari kenyataan, dibandingkan sesuatu yang benar secara abstrak. Penciptaan pengetahuan tidak hanya merupakan kompilasi dari fakta-fakta, namun suatu proses yang unik pada manusia yang sulit disederhanakan atau ditiru. Penciptaaan pengetahuan melibatkan perasaan dan sistem kepercayaan (belief sistems) dimana perasaan atau sistem kepercayaan itu bisa tidak disadari (Bambang, 2008).


2.      Tingkatan Pengetahuan
Menurut Rogers, pengetahuan di cakup di dalam domain kognitif 6 tingkatan (Notoatmojo, 2007) yaitu:

a.       Tahu (Know)
Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap situasi yang sangat spesifik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
b.      Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan makanan yang bergizi.
c.       Aplikasi (Aplication)
Aplikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. Aplikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hukum-hukum, rumus-rumus, metode-metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.
d.      Analisis (Analysis)
Suatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat menggambarkan (menurut bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
e.       Sintesis (Syntesis)
Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang ada.
f.       Evaluasi (Evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada misalnya :S dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak-anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dibandingkan dengan perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri seseorang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
a.       Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus objek.
b.      Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap subjek sudah mulai timbul.
c.       Evalution (menimbang-nimbang) terhadap baik atau buruknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
1)      Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.
2)      Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. (Notoatmodjo, 2007).

3.      Teori Tentang Terbentuknya Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan menjadi dua berdasarkan cara yang tetah digunakan untuk memperoleh kebenaran, yaitu :
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1)Cara coba-coba salah (Trial dan Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan dan bahkan mungkin sebelum adanya peradapan yang dilakukan dengan menggunakan kemungkinaan yang lain sampai masalah dapat dipecahkan.
2)      Cara kekuasaan atau otoriter
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat baik formal maupun informal, ahli agama, pemegang pemerintahan. Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang punya otoriter, tanpa terlebih dahulu membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris maupun berdasarkan masa lalu.

b.      Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah“ atau lebih populer disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula . dikembangkan oleh Franeuis Bacor (1561-1626) kemudian dikembangkan oleh Deobold van Dallien akhirnya lahir suatu cara penelitian yang dewasa ini kita kenal sebagai metodologi penelitian ilmiah.
1) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapkan pada masa lalu.
2)      Melalui jalan pikiran
Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikiran, baik melalui induksi maupun deduksi. Apabila proses pembuatan kesimpulan itu melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.

4.      Faktor Yang Mempengaruhi Terbentuknya Pengetahuan
Menurut berbagai sumber dari berbagai literatur yang berhubungan, berikut adalah beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal :


a.    Usia
Usia adalah umur yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat ia akan berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi tingkat kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya.
b.    Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita-cita tertentu. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka makin mudah dalam menerima informasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru dikenal.
c.    Lingkungan
Lingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. Lingkungan adalah input kedalam diri seseorang sehingga sistem adaptif yang melibatkan baik faktor internal maupun faktor eksternal. Seseorang yang hidup dalam lingkungan yang berpikiran luas maka pengetahuannya akan lebih baik daripada orang yang hidup di lingkungan yang berpikiran sempit.
d.   Pekerjaan
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau profesi masing-masing. Status pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang.
Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat. Masyarakat akan memandang seseorang dengan penuh penghormatan apabila pekerjaannya sudah pegawai negeri atau pejabat di pemerintahan.
e.    Sosial Ekonomi
Variabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian, variabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang yang ditentukan unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh serta ditentukan pula oleh tempat tinggal karena hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan.
f.       Informasi yang diperoleh
Informasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan informasi sekaligus menghasilkan informasi. Jika pengetahuan berkembang sangat cepat maka informasi berkembang sangat cepat pula. Adanya ledakan pengetahuan sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan pengetahuan, maka semakin banyak pengetahuan baru bermunculan. Pemberian informasi seperti cara-cara pencapaian hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki.
g.      Pengalaman
Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. Orang yang memiliki pengalaman akan mempunyai pengetahuan yang baik bila dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki pengalaman dalam segi apapun (Mubarok, 2007).

5.    Cara Menilai Tingkat Pengetahuan
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket, menyatakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kriteria hasil pengukuran:

1.    Pengetahuan baik = 76 – 100%
2.    Pengetahuan cukup = 60 – 75%
3.    Pengetahuan Kurang = < 60% (Arikunto, 2006)
6.      Dasar-dasar Pengetahuan
1.         Tradisi
2.         Otoriter
3.         Meminjam dari disiplin orang lain
4.         Pengalaman trial dan error
5.         Alasan yang logis
6.         Metode ilmiah
B.       Konsep Diare
1.    Pengertian
Menurut Haroen N, S. Suraatmaja dan P.O Asdil (1998) dan Ngastiyah (1997), diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja.
Sedangkan  menurut C.L Betz & L.A Sowden (1996) diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa lambung atau usus.
Menurut Suradi & Rita (2001), diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.

2.      Penyebab
Menurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:
a.       Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
1)      Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
2)      Defisiensi imun terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
b.    Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
1) Malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
2)      Kurang kalori protein.
3)      Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:
1.      Faktor infeksi
a)      Infeksi enteral
Merupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie, Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).
b)      Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.
2.      Faktor malaborsi
Malaborsi karbohidrat, lemak dan protein.
3.      Faktor makanan
4.      Faktor psikologis
3.      Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.




Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1.      Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input), merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2.      Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja.Metabolisme lemak tidak sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat karena adanya anorexia jaringan.Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3.      Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4.      Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
-          Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat.
-          Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
-          Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.


5.      Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

4.      Tanda & Gejala Diare
Diare Akut :
1.      Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan berkurang.
2.      Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial dan wiata.
3.      Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4.      Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
5.      Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6.      Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7.      Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8.      Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan dalam. (Kusmaul).

5.      Pemeriksaan diagnostik
1.      Pemeriksaan tinja
a)      Makroskopis dan mikroskopis
b)      pH dan kadar gula dalam tinja
c)      Bila perlu diadakan uji bakteri
2.      Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan pH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3.      Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4.      Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.


6.      Komplikasi
1.      Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2.      Renjatan hipovolemik.
3.      Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan pada elektro kardiagram).
4.      Hipoglikemia.
5.      Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
6.      Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7.      Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

7.      Derajat Dehidrasi
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a.       Kehilangan berat badan
1)      Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2)      Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3)      Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b.      Skor
c.       Mavrice King
Bagian tubuh
Yang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan
0
1
2
Keadaan umum


Kekenyalan kulit
Mata
Ubun-ubun besar
Mulut
Denyut nadi/mata
Sehat


Normal
Normal
Normal
Normal
Kuat <120
Gelisah, cengeng
Apatis, ngantuk

Sedikit kurang
Sedikit cekung
Sedikit cekung
Kering
Sedang (120-140)
Mengigau, koma, atau syok

Sangat kurang
Sangat cekung
Sangat cekung
Kering & sianosis
Lemas >40

Keterangan
-          Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
-          Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
-          Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat

d.      Gejala klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan
Sedang
Berat
Keadaan umum
Kesadaran
Rasa haus

Sirkulasi
Nadi

Respirasi
Pernapasan

Kulit
Uub

Baik (CM)
+

N (120)



Biasa


Agak cekung
Agak cekung
Biasa
Normal
Normal 

Gelisah
++

Cepat



Agak cepat


Cekung
Cekung
Agak kurang
Oliguri
Agak kering

Apatis-koma
+++

Cepat sekali



Kusz maull


Cekung sekali
Cekung sekali
Kurang sekali
Anuri
Kering/asidosis

8.      Kebutuhan Cairan Anak
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein, lemak dan mineral. Pada  anak  pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila terganmggu  harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :
Umur
Berat Badan
Total/24 jam
Kebutuhan Cairan/Kg BB/24 jam
3 hari
10 hari
3 bulan
6bulan
9 bulan
1 tahun
2 tahun
4 tahun
6 tahun
10 tahun
14 tahun
18 tahun
3.0
3.2
5.4
7.3
8.6
9.5
11.8
16.2
20.0
28.7
45.0
54.0
250-300
400-500
750-850
950-1100
1100-1250
1150-1300
1350-1500
1600-1800
1800-2000
2000-2500
2000-2700
2200-2700
80-100
125-150
140-160
130-155
125-165
120-135
115-125
100-1100
90-100
70-85
50-60
40-50

Whaley and Wong (1997)

Menurut  Ngastiyah (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998),Suharyono, Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan  bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun adalah sebagai berikut :

Derajat Dehidrasi
PWL
NWL
CWL
Jumlah
Ringan
Sedang
Berat
50
75
125
100
100
100
25
25
25
175
200
250

Keterangan :
PWL : Previous Water loss (ml/kg BB)
NWL : Normal Water losses (ml/kg BB)
CWL : Concomitant Water losses (ml/kg BB)

9.      Pentatalaksanaan
a.    Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
1). Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
a). Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa.


b). Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
1)      Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
a)      1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
b)      7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
c)      16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
2)      Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
a)      1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
3)      Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
a)      1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
b)      7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3 tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
c)      16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
4)      Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
a)      Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian  glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml = 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
b)      Untuk bayi berat badan lahir rendah
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis cairan 4:1 (4 bagian  glukosa 10% + 1 bagian NaHCO3 1½ %).

c). Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan kurang dari 7 kg, jenis makanan:
1)      Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak jenuh
2)      Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
3)      Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak jenuh.

d). Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
b.    Keperawatan
Masalah klien diare yang perlu diperhatikan ialah resiko terjadinya gangguan sirkulasi darah, kebutuhan nutrisi, resiko komplikasi, gangguan rasa aman dan nyaman, kurangnya pengetahuan orang tua mengenai proses penyakit.Mengingat diare sebagian besar menular, maka perlu dilakukan penataan lingkungan sehingga tidak terjadi penularan pada klien lain.
1). Data fokus
a). Hidrasi
1)      Turgor kulit
2)      Membran mukosa
3)      Asupan dan haluaran
b). Abdomen
1)      Nyeri
2)      Kekauan
3)      Bising usus
4)      Muntah-jumlah, frekuensi dan karakteristik
5)      Feses-jumlah, frekuensi, dan karakteristik
2). Diagnosa keperawatan
a)      Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan antara intake dan out put.
b)      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kontaminasi usus dengan mikroorganisme.
c)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan iritasi yang disebabkan oleh peningkatan frekuensi BAB.
d)     Cemas berhubungan dengan perpisahan dengan orang tua, tidak mengenal lingkungan, prosedur yang dilaksanakan.
e)      Kecemasan keluarga berhubungan dengan krisis situasi atau kurangnya pengetahuan.
3). Intervensi
a). Tingkatkan dan pantau keseimbangan cairan dan elektrolit
1)  Pantau cairan IV
2)  Kaji asupan dan keluaran
3)  Kaji status hidrasi
4)  Pantau berat badan harian
5)  Pantau kemampuan anak untuk rehidrasi
6)  Melalui mulut
b). Cegah iritabilitas saluran gastro intestinal lebih lanjut
1)      Kaji kemampuan anak untuk mengkonsumsi melalui mulut (misalnya: pertama diberi cairan rehidrasi oral, kemudian meningkat ke makanan biasa yang mudah dicerna seperti: pisang, nasi, roti atau asi.
2)      Hindari memberikan susu produk.
3)      Konsultasikan dengan ahli gizi tentang pemilihan makanan.
c). Cegah iritasi dan kerusakan kulit
1)      Ganti popok dengan sering, kaji kondisi kulit setiap saat.
2)      Basuh perineum dengan sabun ringan dan air dan paparkan terhadap udara.
3)      Berikan salep pelumas pada rektum dan perineum (feses yang bersifat asam akan mengiritasi kulit).
d).Ikuti tindakan pencegahan umum atau enterik untuk mencegah penularan infeksi (merujuk pada kebijakan dan prosedur institusi).
e). Penuhi kebutuhan perkembangan anak selama hospitalisasi.
1)      Sediakan mainan sesuai usia.
2)      Masukan rutinitas di rumah selama hospitalisasi.
3)      Dorong pengungkapan perasaan dengan cara-cara yang sesuai usia.
f). Berikan dukungan emosional keluarga.
1)      Dorong untuk mengekspresikan kekhawatirannya.
2)      Rujuk layanan sosial bila perlu.
3)      Beri kenyamanan fisik dan psikologis.
g).Rencana pemulangan.
1)      Ajarkan orang tua dan anak tentang higiene personal dan lingkungan.
2)      Kuatkan informasi tentang diet.
3)      Beri informasi tentang tanda-tanda dehidrasi pada orang tua.
4)      Ajarkan orang tua tentang perjanjian pemeriksaan ulang.

C.    Hipotesis Penelitian
Ada hubungaan antara pengetahuan ibu tentangDiare dengan KejadianDiare.



BAB III
METODE PENELITIAN


A.  Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan pendekatan  cross sectional,  yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat. (Notoatmodjo, 2005). 

B.       Variabel Penelitian
  1. Bebas
1)   Pengetahuan Ibu
Adalah skor yang diperoleh ibu dalam menjawab satu set pertanyaan tentang diare yang meliputi hal-hal tentang diare.
b.      Terikat
2)   Diare
Adalah angka kejadian diare selama 3 bulan November 2012 ke belakang.

C.      Metodologi Penelitian
1.    Tempat dan waktu penelitian
Dalam melakukan penelitian dengan judul ”Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Diare dengan Kejadian  Diare pada Anak Umur 0-12 Bulan” ini dilakukan pada:Bulan November.
2.    Desain (rencana penelitian)
Dalam melakukan penelitian ini kami menggunakan desain penelitian deskriptif korelasion.
Dimana dalam hal ini akan mengkaji hubungan antara 2 variabel. Yaitu akan dikaji tentang adakah hubungan antara pengetahuan ibu tentangDiare dengan kejadian Diare.
Judul penelitian “Hubungan pengetahuan Ibu tentangDiare dengan Kejadian  Diare
            Variable I        : Pengetahuan Ibu      
            Variable II       : Diare
3.    Populasi
Dalam penelitian dengan judul “Hubungan pengetahuan Ibu tentang  Diare dengan Kejadian Diare akan mengambil populasi semua ibu di wilayah puskesmas Blora yang mempunyai anak usia 0 – 12 bulan.
4.    Sample
Dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling dan akan mengambil sample semua ibu di wilayah Puskesmas Blora yang mempunyai anak dengan kejadian Diare.
5.    Definisi Operasional
a.       Pengetahuan
Yaitu hasil tahu dari manusia dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket, menyatakan isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kriteria hasil pengukuran :
1)      Pengetahuan baik = 76 – 100%
2)      Pengetahuan cukup = 60 – 75%
3)      Pengetahuan Kurang = < 60% (Arikunto, 2006)
b.      Diare
Yaitu suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
6.    Tehnik pengumpulan dan pengolahan data
a         Instrument
Instrument yang kami gunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan jenis instrument kuesioner (angket). Ada 2 kuesioner dalam penelitian ini, yaitu : kuesioner pengetahuan ibu tentang diare dan kuesioner kejadian diare.

b        Uji validitas dan rehabilitasi
c         Tehnik pengumpulan data
Pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1)      editting
2)      coding
d        Analisa data
Analisa data dilakukan dengan menggunakan deskriftif dimana peneliti menjelaskan data yang dikumpulkan selama penelitian dengan menggunakan narasi berupa kalimat-kalimat yang menjelaskan tentang tingkat pengetahuan ibu tentang diare dan kejadian diare pada anak umur 0-12 bulan.








Kuesioner !
a.       Kuesioner pengetahuan ibu tentang diare
Petunjuk : Berilah tanda silang ( X ) pada pertanyaan dibawah ini!
1.      Saat anak ibu diare, apakah ibu membawanya ke pelayanan kesehatan ( puskesmas, bidan, rumah sakit, dokter praktek ) ?
a.       Ya
b.      Tidak
2.      Diare dapat menyebabkan kematian  jika tidak segera ditangani.
a.       Benar
b.      Salah
3.      Saat anak diare, ASI harus dihentikan.
a.       Benar
b.      Salah
4.      Saat akan menyuapi bayi, apakah ibu mencuci tangan dulu?
a.       Ya
b.      Tidak
5.      Saat memberi minum bayi, harus menggunakan air matang.
a.       Benar
b.      Salah
6.      Susu formula dalam dot  yang dibiarkan lebih dari 2 jam boleh diminumkan bayi.
a.       Benar
b.      Salah
7.      Saat anak diare, apakah diberikan larutan gula garam?
a.       Ya
b.      Tidak
8.      Saat membuat susu formula apakah dot yang di pakai sudah dicuci dengan air panas?
a.       Ya
b.      Tidak
9.      Cara menyajikan  makanan harus ditutup biar tidak dihinggapi lalat.
a.       Benar
b.      Salah
10.  Bayi dengan kebiasaan menghisap jari atau  benda mainan disekitarnya dapat menyebabkan diare?
a.       Ya
b.      Tidak
11.  Saat akan memberikan ASI, puting susu ibu sebaiknya dibersihkan dulu pakai air hangat
a.       Benar
b.      Salah
12.  Apabila anak diare,diberikan ASI lebih banyak dari sebelum diare.
a.       Benar
b.      Salah

b.      Kuesioner tentang kejadian diare
Petunjuk :Berilah tanda silang ( X ) pada pertanyaan dibawah ini!
1.      Pernahkah anak ibu menderita Diare?
a.       Ya
b.      Tidak
2.      Apakah anak ibu sering menderita diare selama 3 bulan terakhir ini?
a.        Ya
b.      Tidak


Tidak ada komentar:

Posting Komentar